Tuama Minsel

Tuama Minahasa Selatan

Senin, 10 November 2008

Kontra bas Raksasa - MURI

Apa Kata Mereka??

“O rekei pe besar sekali ini trompet. Kong siapa dang yang mo tiup ini,” decak kagum Oma Lentji Tumengkol, ketika melihat Trompet Raksasa Kontra Bas Musik Bambu Klarinet yang terpajang di depan Kantor Bupati Minahasa Selatan Kota Amurang. Bagi Oma 3 cucu asal Kakas ini, seumur hidup ia tak pernah melihat trompet sebesar ini. Ia bersyukur bisa melihat pemandangan ini. Kita akan mengajak kita pe cucu mo pasiar kemari. Nampaknya Trompet Raksasa hadiah Panitia Festival Seni Budaya Sulawesi Utara bagi pengembangan seni budaya dan HUT Minahasa Selatan makin ramai dikunjungi.
Kekaguman Oma Lentji juga terpancar pada wajah Gubernur Sulawesi Utara ketika menyerahkan MURI bagi Pemerintah Minahasa Selatan dan Panitia Festival Seni Budaya Sulawesi Utara 2007, atas prakarsa pembuatan Trompet Raksasa ini. “Saya takjub dengan gagasan ini. Ini akan menjadi monumen bersejarah dan akan menjadi salah satu daya tarik dunia pariwisata Sulawesi Utara menjelang Word Ocean Summit (WOS 2009),” jelas Drs. Sinyo Harry Sarundajang, pada maengket.com.
Ekspresi yang sama juga terpancar pada Bupati Minahasa Selatan. “Selain menjadi obyek wisata seni budaya yang layak dijual. Trompet ini juga akan menjadi maskot baru pengembangan seni budaya Minahasa Selatan,” tutur Drs. RM. Luntungan. Sedangkan Paulus Pangka, dari tim survey MURI, memaparkan Replika Kontra Bas Musik Bambu Klarinet Terbesar ini, bagi kami merupakan ide yang cemerlang, langkah dan orisinil. Berpijak pada kondisi masyarakat setempat. Kami sudah merekomendasikan Replika Kontra Bas Musik Bambu Klarinet terbesar ini untuk dicatat dalam rekor MURI sebagai TROMPET TERBESAR di Indonesia bahkan dunia.
Dan nampaknya harapan Gubernur dan Bupati yang terucap pada HUT Minahasa Selatan ke 4 akhir Januari 2007 ini, sudah terwujud. Selain kesaksian dari Oma Lentji di atas, dari pantauan maengket.com banyak masyarakat dari dalam dan luar Minahasa Selatan yang datang melihat trompet ini. “Kalau hari libur ramai. Juga terlihat ada bule-bule yang kesasar datang mejeng bafoto di sini,” jelas seorang Polisi Pamong Praja, yang menjaga kantor Bupati Minahasa Selatan yang megah itu. Ia juga menyarankan ada papan informasi tentang proses dan spesifikasi dari trompet ini – agar pengunjung langsung mengerti maksud dan tujuan pembuatan trompet ini.
Apakah sasaran pembuatan Trompet Raksasa hanya untuk tempat orang mejeng bafoto? “Sasaran awalnya memang begitu. Memancing daya tarik. Kalau sudah tertarik pasti mereka akan bertanya. Lebih dalam lagi kalau mereka langsung mencintai musik tradisional Minahasa ini. Dan kalau sudah begitu misi awal sudah tercapai, ” terang Joutje Lampah, Ketua I Tim Kerja Festival seni Budaya Sulawesi Utara 2007, sambil menambah bahwa saran dibuatnya papan informasi akan segera panitia waujudkan dan bahkan diseluruh badan trompet tersebut akan diabadikan nama-nama group maupun tumpukan Musik Bambu se Sulawesi Utara.
Lebih lanjut, pensiunan manajer personalia Indofood ini memaparkan, landasan awal ide ketika dirancangnya pembuatan Trompet ini oleh Benny J. Mamoto sebagai Ketua Umum Festival seni Budaya Sulawesi Utara adalah untuk memancing dan merangsang generasi muda khususnya, masyarakat Sulawesi Utara umumnya untuk lebih mencintai musik tradisonal. Selain ingin membangkitkan rasa memiliki pada seni budaya daerah antara lain Musik Bambu. Diharapkan juga, Trompet ini menjadi Monumen Kebangkitan Seni Budaya tradisional.

Memang pada banyak kesempatan, Benny J. Mamoto, selalu mengingatkan kalau seni budaya tradisional kalau ditempatkan pada posisi dan nilai yang sebenarnya, seni bisa menjadi alat pencerahan masyarakat akan kesadaran hidup berbangsa, hidup bermasyarakat, hidup yang mentaati segala peraturan. Sebab dibalik seni banyak nilai-nilai kehidupan yang positif yang bisa kita serap. Salah satunya adalah seni budaya bisa menjadi inspirasi untuk hidup lebih harmonis. Dan seni budaya juga bisa menjadi alat untuk memotivasi seseorang. Dan yang lebih tinggi lagi, seni budaya adalah gambaran ekspresi mengucap syukur kepada Tuhan yang Maha Esa. “Para seniman dan pekerja seni adalah ujung tombak pembentukan karakter dan jati diri. Kita harus bangkitkan kembali masyarakat yang berjati diri lokal tetapi mempunyai wawasan global,” tegasnya.
Ia juga menyampaikan bahwa sasaran dari agenda program yang terkait dengan MURI, bukan hanya sekedar ingin mendapat pengakuan dari MURI (Musium Rekor Indionesia) itu sendiri, namun lebih dari itu. “Bagi saya momen-momen ini diharapkan menjadi motivasi bagi para pengrajin, pemusik, petani, nelayan, usahawan, maupun pemerintah untuk lebih melihat potensi-potensi lokal untuk dikembangkan,” jelas penggagas Kolintang Raksasa sepanjang 11 meter yang kini lagi dikerjakan oleh para pengrajin musik kolintang.
Dwi Putra Budianto, Koordinator Umum Tim Kerja Festival Seni Budaya Sulawesi Utara menjelaskan bahwa Trompet Raksasa ini kerjakan oleh 16 pekerja dengan memakan waktu 30 hari kerja. Tinggi Diameter Cerobong 5,20 m, Panjang Keseluruhan 32 m, Keliling Lingkaran 6.80 m. Dan nantinya bisa dibunyikan dengan menggunakan kompresor. Sedangkan bahan bakunya terdiri dari Plat Stenlis Steel 79 lembar, Pipa 1.5 inch 12 batang, Pipa 1.25 inch 16 batang, Pipa 1 inch 33 batang, Pipa 0.75 inch 29 batang, Pipa 0.5 inch 4 batang, Kawat las stenlis 18 kg, Tabung gas argon 20 botol, Kawat las argon 12 kg, Besi beton 14 mm 12 Batang, Batu Gurinda potong kecil 800 lembar, Batu Gurinda Potong besar 30 lembar, Kertas pasir 1100 lembar, Lansol 45 batang. Semuanya dikerjakan dengan bantuan alat-alat; 3 Unit Mesin Las 5 KW, 2 Unit Mesin Genset 5000 Watt, 3 Unit Trafo Las 200A, 2 Unit Mesin Las Argon.

Kepala Dinas Pariwisata dan Budaya Minahasa Selatan, Drs. Rolly Karamoy, menjelaskan Trompet Raksasa ini ini merupakan apresiasi yang tinggi bagi masyarakat Minahasa Selatan, dari seorang Benny J. Mamoto, yang walaupun berdomisili di Jakarta, melalui aktivitasnya selalu peduli pengembangan seni budaya daerah, khususnya di Minahasa Selatan. Untuk itu, atas nama Pemerintah dan masyarakat Minahasa Selatan mengucapkan terima kasih atas apresiasi ini. Kiranya Trompet ini menjadi perangsang dunia pariwisata seni budaya Minahasa Selatan, perangsang bagi para pemerhati, pekerja seni untuk lebih giat, tekun dan kreatif menekuni profesi sebagai seniman. Apresiasi ini juga merupakan cermin bagi perantau untuk peduli pada pembangunan daerahnya. (rr*)

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda